Senin, 21 Juni 2010

Penguasa hari ini mematikan tatanan Demokrasi, Indonesia menangis

menyampaikan orasi dari KAMMI

Perjuangan para pendahulu untuk menegakan Indonesia yang merdeka dari segala keterkungkungan dan penjajahan ternyata tidaklah berarati apa-apa bagi penguasa saat ini. Mereka tidak pernah ingin menghargai sedikitpun pengorbanan para pejuang yang selalu berharap agar Indonesia makmur sejahtera kemudian. Dengan mudahnya mereka mencoreng tatanan demokrasi hanya dikarenakan mempertahankan singgasana kekuasaan yang mendominasi dalam benak piciknya. Apapun mereka lakukan, bahkan asas kemanusiaan bukanlah hal yang berarti bagi mereka. Mereka hanya berfikir apapun caranya, kekuasaan yang mereka cengkram saat ini harus aman dari segala gugatan perut-perut kosong tertindas itu. Secara dejure Indonesia telah merdeka, namun secara defacto Indonesia belum merdeka sedikitpun. Sadarkah kita bahwa di ujung jalan sana begitu banyak perut-perut kosong yang selalu menengadah menggadaikan harga dan jati diri mereka, dikolong jembatan kita lihat anak-anak yang seharusnya di pelihara Negara bergelempangan bak bangkai ikan, karena mereka tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan cacing dalam perutnya. 50 (lima puluh) tahun lebih Indonesia telah merdeka, ini merupakan bukti bahwa Indonesia bukanlah balita lagi. Namun sikap dan perilaku parapenguasa tidaklah mencerminkan kedewasaan sedikitpun.

Rakyat telah lelah bernafas meratapi kesengsaraan yang tak berkesudahan, rakyat telah kehabisan kata untuk mengingatkan para badut-badut penguasa untuk tetap menjaga dan menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 1945, air mata ini tidaklah cukup untuk menyesali segalanya. Namun mereka tak pernah sadar, tak sedikitpun nurani mereka tergerak untuk berusaha membuat anak-anak kumuh ini tersenyum dengan sumringah. Mereka para penguasa itu terlalu angkuh dan sombong untuk memberi dan berbagi, bahkan untuk mengakui bahwa rakyat kumuh ini bagian dari hal terkecil dari bangsa inipun mereka enggan. Entah apa yang mereka fikirkan saat ini, setan telah merasuki akal sehat mereka.

Kekecewaan yang mendalam kami ungkapkan kepada pemerintah saat ini, terutama kepada Paduka Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku orang nomor satu di bangsa yang mulia ini. Apakah hanya untuk menyampaikan pendapat, kami harus mengalami siksaan yang begitu tidak manusia. Kami dipukuli, kami di tarik-tarik sampai kamipun tak tahu apakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh kami masih tetap utuh, kami dihina, dituduh, difitnah bagiakan para criminal dan mafia. Padahal kami hanya ingin menyampaikan niat baik kami, kami hanya ingin menitipkan surat yang merupakan representasi dari suara rakyat. Kami dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Sumatera Selatan, pada tanggal 9 Februari 2010 melakukan aksi penyampaian aspirasi sebagai wujud dari kemerdekaan menyampaikan pendapat sebagaimana termaktub dalam UUD 1945. Namun perlakuan yang kami dapatkan tidak sesuai dengan janjimu ketika engkau berkampanye kemarin. Kami tidak butuh janji-janji manismu, kami tidak butuh tebar pesonamu, kami tidak butuh senyumu, kami tidak butuh keluh kesahkanmu, yang kami butuhkan adalah kepemimpinanmu. Kepemimpinan yang adil, kepemimpinan yang kooperatif, yang mampu mengakomodir segala kepentingan dan masukan rakyat, kepemimpinan yang arif – bijaksana, kepemimpinan yang tidak selalu curiga terhadap rakyatnya sendiri, kepemimpinan yang selalu mendahulukan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi dan golongan. Kami dengar engkau akan mengganti “garuda” mu yang membutuhkan dana tidak sedikit (jika dihitung-hitung mampu memberi makan rakyat miskin hingga ribuan), kami dengar engkau akan memperkuat “benteng” pertahanan kerajaanmu, kami dengar engkau akan memberikan fasilitas yang sangat mewah untuk para “budak setiamu”, dan masih banyak lagi isu-isu yang kami dengar dari hembusan angin. Apakah itu yang engkau maksud mensejahterakan rakyat miskin? Ketika ada yang ingin mengingatkanmu, engkau selalu mengeluhkan kepada kami; “ada yang berunjuk rasa membawa kerbau, mengatakan saya besar, malas dan bodoh seperti kerbau” tak sedikitpun kami merasa engkau seperti kerbau kecuali engkau berpersepsi sendiri. Engkau adalah pemimpin tuan, hati-hati dengan sikap curigamu. Jangan sampai dengan engkau selalu mencurigai rakyat seperti kami, akan menjadikanmu orang yang sangat dibenci di negeri ini, seperti pendahulu-pendahulumu. “Kalau engkau tidak ingin dikatakan kerbau, maka tuntaskan kasus hukum dan korupsi yang sedang berkemelut di bangsa ini, jangan lamban”. Tidaklah banyak yang ingin kami sampaikan dalam surat terbuka itu:

  1. Segera reformasi penegak hukum,
  2. Rombak tim perekonomian neolib pemerintah dengan system perekonomian pro-rakyat,
  3. Pecat Boediono-Srimulyani, untuk keobjektifan dalam penyelidikan pansus dalam kasus century gate,
  4. Limpahkan kasus century gate kepada lembaga KPK untuk diselesaikan secepatnya,
  5. Kalau ke-empat point tersebut tidak terpenuhi, maka sebaiknya engkau mundur saja.

Semoga engkau mengarif-bijak tuan.

Kami sebagai rakyat, kecewa dengan sikap yang engkau perlihatkan saat ini. Nampaknya demokrasi yang kita bangun tidaklah sesuai yang rakyat harapkan. Demokrasi telah mati! Kebebasan dalam menyampaikan pendapat adalah bohong, Rakyat dicundangi!

KAMMI

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia


Alim Muslimin


1. video terkait download disini

2. video terkait klik disini metroTV

3. video terkait klik disini okeZone


Alim Muslimin salah satu peserta aksi di bubarkan dengan tidak manusiawi oleh aparat polisi

hanya ingin menyampaikan saspirasi, puluhan mahasiswa KAMMI di bubarkan paksa

puluhan masa aksi KAMMI dibubarkan polisi hanya ingin menyampaikan aspirasi

mahasiswa di tarik-tarik polisi, walaupun aksinya tidak anarkis

salah satu massa aksi KAMMI diseret karena mengikuti aksi penyampaian surat terbuka untuk SBY, nampaknya pihak keamanan tidak mempunyai hati nurani

hanya menyampaikan pendapat, mahasiswa dipukuli
mahasiswa menyampaikan surat terbuka untuk sby
mahasiswa membacakan surat terbuka untuk sby
puluhan mahasiswa KAMMI berorasi
mahasiswa KAMMI bersiap-siap untuk aksi


kita tak akan pernah mengerti...


kosong adalah isi

pernahkah kita berfikir sejenak merenung dan mengambil makna dari semua peristiwa?
ya... terkadang kita tak pernah ada waktu sedikitpun tuk berfikir. kita hanya tahu dg apa yang ada dan apa yang telah terjadi sebelumnya yang kita sepakat mengatakannya "kebudayan".
kebudayaan yang dibuat-buat, kebudyaan yang dibenar-benarkan, kebudayaan yang terkadang kita tidak tahu apa itu.
maka sadarlah kawan,
renungkanlah dan cermati bersama...

terkadang hilang itu ada...

terkadang pergi itu kembali...

terkadang kosong itu isi...

terkadang hitam itu putih...

terkadang lemah itu kuat...

terkadang kalah itu menang...

terkadang sedih itu bahagia...

terkadang diam itu bicara...

terkadang benci itu sayang...

terkadang jauh itu dekat...

terkadang dangkal itu dalam...

terkadang keras itu lembut...

terkadang salah itu benar...

terkadang tidur itu bangun...

terkadang mati itu hidup...

terkadang bohong itu jujur...

terkadang gelap itu terang...

terkadang jelek itu indah...

terkadang kecil itu besar...

terkadang bodoh itu pintar...

terkadang miskin itu kaya...

[terkadang semuanya bisa sebaliknya.....]

siapa yang tahu tntang kebenaran?
tak seorangpun tahu, yang kita ketahui adalah persepsi diri...
dan kita tak akan pernah tahu tentang hal itu.

maka luangkan waktumu sejenak, renungkan dan rasakan bahwa kita ini "kosong"......


hitam adalah putih
palembang, 16 Juni 2010

Senin, 24 November 2008

Aturan DPR: PP No 37/2006 Dinilai Langgar Tiga UU

Versi Cetak Versi CetakJakarta, Kompas - Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2006 yang mengatur alokasi dana tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional anggota DPRD dinilai melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Selain itu, PP tersebut juga menyalahi UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Arif Nur Alam, yang dihubungi Kompas, Minggu (7/1) di Jakarta. "PP No 37/2006 melanggar aturan di atasnya. Kalau PP itu dijalankan, akan menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap UU di berbagai daerah dalam mengelola APBD-nya," katanya.

Dalam PP No 37/2006, pimpinan dan anggota DPRD mendapat tambahan tunjangan komunikasi intensif setiap bulan sebesar paling tinggi tiga kali uang representasi ketua DPRD. Untuk pimpinan DPRD juga mendapat tambahan dana operasional setiap bulan paling tinggi enam kali uang representasi untuk ketua dan empat kali uang representasi untuk wakil ketua DPRD. Tunjangan itu diberikan mulai Januari 2006.

Menurut Arif, pembayaran tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional yang diberikan mulai Januari 2006 tidak dapat dibenarkan. Tunjangan tak dapat diberikan dalam perubahan APBD 2006. Sesuai dengan Pasal 183 Ayat 3 UU No 32/2004 dan Pasal 80 Ayat 1 UU No 33/2004, perubahan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan sebelum tahun anggaran berakhir atau paling lambat 31 September 2006.

PP No 37/2006 baru disahkan 14 November 2006. Selain itu, lanjut Arif, APBD 2007 juga tidak bisa menganggarkan tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional dari Januari 2006. Alasannya, dalam Pasal 4 UU No 17/2003, Pasal 179 UU No 32/2004, dan Pasal 68 UU No 33/2004 dinyatakan tahun anggaran dimulai 1 Januari hingga 31 Desember. Dengan begitu, APBD 2007 tidak bisa mengalokasikan untuk pembayaran tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional tahun 2006.

"Kalau PP No 37/2006 tetap dijalankan, akan melanggar banyak UU. Di sisi lain, PP itu juga mencederai proses demokrasi karena konstituen yang diwakilinya saja masih hidup dalam kekurangan. Bahkan, tunjangan itu akan sangat membebani keuangan daerah," ujarnya lagi. (sie)



Catatan:
Sumber: Kompas, Senin 8 Januari 2007

Jumat, 21 November 2008

Pergerakan

tidak ada perubahan lahir dari diamnya seseorang, karena diam berarti mati. teruslah melakukan pergerakan karena satu langkah pergerakan kita adalah seribu harapan dari rakyat yang tertindas.
lihat, kaji, lawan!
salam pergerakan!!